Kelangkaan Gas Elpiji di Wilayah Dapil Tiga Nias Selatan Makin Tidak Teratasi

Daerah, Nasional1190 Dilihat

Nias Selatan – Bongkarperkara.com

Warga di Kecamatan Lolomatua dan Ulunoyo, Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara, terus mengeluhkan kelangkaan gas elpiji bersubsidi ukuran 3 kilogram. Kondisi ini sudah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir dan semakin memperburuk aktivitas rumah tangga maupun pelaku usaha kecil. Kelangkaan ditandai dengan sulitnya mendapatkan gas di pangkalan resmi, antrean panjang di sejumlah titik penjualan, hingga masyarakat terpaksa membeli dengan harga lebih mahal di tingkat pengecer.

Kelangkaan ini membuat warga semakin kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Banyak ibu rumah tangga harus berkeliling ke berbagai desa hanya untuk mencari tabung gas, sementara sebagian pelaku usaha kecil seperti penjual gorengan dan pedagang makanan terancam gulung tikar karena biaya operasional meningkat. Kekecewaan warga bahkan pernah diwujudkan dengan aksi protes spontan, yaitu membuang tabung gas kosong di jalan sebagai bentuk sindiran terhadap pemerintah yang dianggap tutup mata terhadap persoalan tersebut.

Seorang warga Lolomatua yang menuliskan keluhannya di akun media sosial Facebook sekaligus menyampaikannya kepada awak media mengatakan bahwa harga gas elpiji 3 kg di daerahnya sudah sangat membebani. “Kami masyarakat meminta pemerintah Kabupaten Nias Selatan agar segera meninjau dan mengendalikan kembali pasokan gas elpiji 3 kg. Saat ini harganya sudah mencapai Rp 40.000 per tabung, padahal sebelumnya hanya Rp 20.000. Bagaimana masyarakat kecil mampu membeli kalau kondisinya seperti ini,” ungkapnya dengan nada kecewa.

Lebih lanjut, warga tersebut juga mendesak pemerintah daerah segera berkoordinasi dengan Pertamina dan Hiswana Migas untuk melakukan pemetaan terhadap wilayah yang paling terdampak kelangkaan, termasuk Kecamatan Ulunoyo. Menurutnya, langkah itu sangat penting agar kuota distribusi LPG 3 kg bisa disesuaikan dengan kebutuhan riil masyarakat. Ia menegaskan, tanpa campur tangan pemerintah, maka persoalan ini akan semakin berlarut-larut.

Selain pemetaan, warga juga mengusulkan agar pemerintah segera menggelar operasi pasar murah. Hal ini dinilai dapat menjadi solusi jangka pendek untuk membantu masyarakat memperoleh LPG 3 kg dengan harga sesuai ketentuan resmi atau Harga Eceran Tertinggi (HET). Operasi pasar diharapkan dapat dilakukan secara rutin, terutama di wilayah Lolomatua dan Ulunoyo yang paling banyak melaporkan kelangkaan.

Di sisi lain, masyarakat juga mendesak agar pengawasan terhadap pangkalan resmi diperketat. Banyak dugaan muncul bahwa sebagian pasokan gas tidak langsung sampai ke masyarakat yang berhak, melainkan berpindah tangan kepada oknum yang sengaja menimbun atau menjual kembali dengan harga lebih tinggi. Warga berharap aparat terkait dapat turun langsung ke lapangan dan memastikan distribusi benar-benar tepat sasaran.

Praktik spekulasi dan penimbunan juga menjadi sorotan utama warga. Mereka meminta agar pemerintah daerah bersama aparat penegak hukum tidak segan memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang terbukti melakukan pelanggaran. Menurut mereka, kelangkaan gas elpiji bukan hanya merugikan masyarakat kecil, tetapi juga merusak stabilitas harga dan kepercayaan publik terhadap pemerintah.

Hingga September 2025, kelangkaan gas elpiji 3 kg di wilayah Dapil Tiga Nias Selatan belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian. Warga berharap pemerintah pusat maupun daerah segera turun tangan dengan solusi konkret, agar kebutuhan energi masyarakat kecil bisa terpenuhi kembali. “Kami tidak meminta lebih, cukup kembalikan harga gas elpiji 3 kg ke Rp 20.000 per tabung. Itu sudah sangat membantu kami,” pungkas salah seorang warga.

Posting Terkait

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *